"Tidak hanya dari menurunnya kualitas agro ekosistem, membanjirnya produk impor, stagnasi produksi, namun juga menurunnya jumlah petani," kata Koordinator KRKP Said Abdullah, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (11/8/2016).

"Faktor ekonomi jadi kunci (penurunan jumlah petani), karena kalau secara ekonomi enggak menjanjikan itu tidak akan memberikan daya dorong yang tinggi untuk orang mau jadi petani," jelas dia.
Selain itu, survei yang pernah dilakukan oleh KRKP menunjukan, sebanyak 63 persen anak petani padi dan 54 persen anak petani hortikultura tidak ingin menjadi petani. Sementara dari sisi orangtua, 50 persen petani padi, dan 73 persen petani hortikultura menyatakan tidak ingin anaknya menjadi petani.
"Hasil kajian juga menunjukan bahwa akses dan paparan informasi tentang pertanian sangat rendah di kalangan anak muda karena pertanian masih dipandang sebagai sektor yang tidak menguntungkan," ungkap Said.
Lebih lanjut, Said menekankan pentingnya kebijakan yang khusus menyasar generasi muda terkait dengan upaya peningkatan pengetahuan generasi muda tentang berbagai hal di bidang pertanian, pembenahan pendidikan pertanian seperti pendidikan vokasi untuk mendorong tenaga kerja berpendidikan masuk di sektor pertanian.
"Padahal banyak juga anak-anak muda yang berhasil di pertanian. Ajang pemilihan Duta Petani Muda ini diharapkan menjadi terobosan untuk bisa mengangkat cerita-cerita positif yang ditakutkan anak muda di seluruh nusantara," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar