"Orang-orang seperti IAH ini seharusnya tidak dipenjarakan tapi direhabilitasi. Dia korban dan masih anak-anak. Kalau narkoba saja bisa direhabilitasi, kenapa ini tidak?" ujar Khairul saat ditemui di Pesantren Darusy Syifa di Dusun IV Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbari, Deliserdang, Sumut,
Dengan direhabilitasi, kata dia, pikiran IAH akan lebih mudah disadarkan dan dikembalikan ke jalan yang benar. IAH, kata Ghazali, hanya pelaku lapangan yang dicuci otaknya oleh seseorang untuk berbuat sesuatu
"Dia korban, seharusnya direhabilitasi. Dia bukan seorang ideolog, ahli doktrin, ustadz, atau ulama. Dia pelaku di lapangan yang dicuci otaknya oleh seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika dia kembali ke habitatnya, itu bisa lebih besar lagi," urainya.
Orang-orang seperti IAH, katanya, sengaja dipilih untuk bertindakan ekstrem. Apalagi sistem cuci otak menggunakan hipnotis mudah menyerang orang-orang seperti IAH.
"Mereka mencari orang-orang seperti IAH ke berbagai tempat seperti ke sekolah atau kampus. Karena IAH ini ada bibit-bibit berani. Orang muda yang tertarik dengan radikal, lalu dicuci otaknya. Dalam doktrin, tidak ada kaitannya dengan uang. Uang itu bisa saja dana dari mentornya untuk beli bahan peledak," jelasnya.
Ghazali merupakan mantan narapidana terorisme. Dia masih menjalani pembebasan bersyarat setelah menjalani hukuman 4 tahun 2 bulan penjara dari vonis 6 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan pada 2011. Dia dinyatakan bersalah karena terlibat perampokan Bank CIMB Niaga di Medan pada 2010.
Sebelumnya, percobaan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Minggu 28 Agustus pagi. Ledakan yang diduga bom berkekuatan rendah itu terjadi sekitar pukul 08.20 WIB saat Pastor Albert Pandiangan selesai membaca kitab suci.
Saat itu tas ransel yang dibawa IAH meledak. Tersangka duduk di kursi barisan pertama. Ia kemudian lari ke altar membawa pisau dan kapak. Dia melompati tangga dan menghampiri Albert yang masih berada di mimbar.
Albert turun dari mimbar, tetapi dikejar oleh IAH yang hendak mengampaknya. Pelaku yang sempat menusuk lengan kiri Albert kemudian ditangkap umat. Polisi yang tiba sesaat kemudian menyisir gereja. Pada pukul 10.10 WIB, Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Sumut meledakkan bahan peledak yang masih tersisa di halaman gereja.
Orang-orang seperti IAH, katanya, sengaja dipilih untuk bertindakan ekstrem. Apalagi sistem cuci otak menggunakan hipnotis mudah menyerang orang-orang seperti IAH.
"Mereka mencari orang-orang seperti IAH ke berbagai tempat seperti ke sekolah atau kampus. Karena IAH ini ada bibit-bibit berani. Orang muda yang tertarik dengan radikal, lalu dicuci otaknya. Dalam doktrin, tidak ada kaitannya dengan uang. Uang itu bisa saja dana dari mentornya untuk beli bahan peledak," jelasnya.
Ghazali merupakan mantan narapidana terorisme. Dia masih menjalani pembebasan bersyarat setelah menjalani hukuman 4 tahun 2 bulan penjara dari vonis 6 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan pada 2011. Dia dinyatakan bersalah karena terlibat perampokan Bank CIMB Niaga di Medan pada 2010.
Sebelumnya, percobaan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Minggu 28 Agustus pagi. Ledakan yang diduga bom berkekuatan rendah itu terjadi sekitar pukul 08.20 WIB saat Pastor Albert Pandiangan selesai membaca kitab suci.
Saat itu tas ransel yang dibawa IAH meledak. Tersangka duduk di kursi barisan pertama. Ia kemudian lari ke altar membawa pisau dan kapak. Dia melompati tangga dan menghampiri Albert yang masih berada di mimbar.
Albert turun dari mimbar, tetapi dikejar oleh IAH yang hendak mengampaknya. Pelaku yang sempat menusuk lengan kiri Albert kemudian ditangkap umat. Polisi yang tiba sesaat kemudian menyisir gereja. Pada pukul 10.10 WIB, Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Sumut meledakkan bahan peledak yang masih tersisa di halaman gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar