MRSyam news: Koalisi Rakyat untuk
Kedaulatan Pangan (KRKP) menyebut sektor pertanian di Indonesia sedang
mengalami tantangan yang serius. Salah satu masalah yang menganggu upaya
meningkatkan hasil pertanian adalah rendahnya jumlah petani.
"Tidak hanya dari menurunnya kualitas agro ekosistem, membanjirnya
produk impor, stagnasi produksi, namun juga menurunnya jumlah petani,"
kata Koordinator KRKP Said Abdullah, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat,
Kamis (11/8/2016).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga tani
berkurang sebanyak lima juta dalam kurun waktu 2003 hingga 2013. Dari
petani yang tersisa saat ini sebanyak 62 persen berusia lebih dari 45
tahun dan hanya sekira 12 persen yang berusia kurang dari 35 tahun.
"Faktor ekonomi jadi kunci (penurunan jumlah petani), karena kalau
secara ekonomi enggak menjanjikan itu tidak akan memberikan daya dorong
yang tinggi untuk orang mau jadi petani," jelas dia.
Selain itu, survei yang pernah dilakukan oleh KRKP menunjukan, sebanyak
63 persen anak petani padi dan 54 persen anak petani hortikultura tidak
ingin menjadi petani. Sementara dari sisi orangtua, 50 persen petani
padi, dan 73 persen petani hortikultura menyatakan tidak ingin anaknya
menjadi petani.
"Hasil kajian juga menunjukan bahwa akses dan paparan informasi tentang
pertanian sangat rendah di kalangan anak muda karena pertanian masih
dipandang sebagai sektor yang tidak menguntungkan," ungkap Said.
Lebih lanjut, Said menekankan pentingnya kebijakan yang khusus menyasar
generasi muda terkait dengan upaya peningkatan pengetahuan generasi muda
tentang berbagai hal di bidang pertanian, pembenahan pendidikan
pertanian seperti pendidikan vokasi untuk mendorong tenaga kerja
berpendidikan masuk di sektor pertanian.
"Padahal banyak juga anak-anak muda yang berhasil di pertanian. Ajang
pemilihan Duta Petani Muda ini diharapkan menjadi terobosan untuk bisa
mengangkat cerita-cerita positif yang ditakutkan anak muda di seluruh
nusantara," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar