Ia mengatakan akuisisi ini hanya akan menguntungkan PLN saja dan merugikan PGE. Menurutnya, PGE merupakan salah satu perusahaan geotermal yang memiliki banyak aset-aset panas bumi serta memiliki kemampuan modal, dan kinerja keuangan yang kuat.
"PGE ini kan kinerja keuangan sudah bagus. Kemudian rencana mengembangkan aset mereka panas bumi itu kan cukup baik. Sepertinya kemampuan modalnya juga oke. Menurut saya akuisisi itu tidak bagus untuk PGE," kata Fabby, saat dihubungi Metrotvnews.com, di Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Fabby menjelaskan, sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang mengatakan harus membesarkan perusahaan-perusahaan geotermal, PGE seharusnya dijadikan perusahaan sendiri. Hal itu dinilainya akan membuat lincah PGE untuk mengelola sektor panas bumi di Indonesia.
"Nah seharusnya kalau mau dilakukan sesuai dengan arahan presiden supaya PGE jadi perusahaan sendiri supaya lebih lincah geraknya. Ketimbang merger ke PLN," jelas Fabby.
Ia juga mempertanyakan tujuan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang menyuruh PGN mengakuisisi PGE. Dia mempertanyakan tujuan Menteri Rini yang ingin mengakusisi PGE dari PLN.
"Yang menjadi pertanyaan adalah tujuan akuisisi ini apa? Harus ada strategic direct. Apa kepentingan disana? Saya tidak melihat tidak strategis. PLN diuntungkan dan PGE dirugikan," tutup Fabby.
Sebelumnya, PLN menyatakan kesiapan untuk mengakuisisi anak usaha PT Pertamina (Persero) yaitu Pertamina Geothermal Energi (PGE) sesuai dengan perintah dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengakui jika dirinya telah bertemu dengan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Direktur Utama PGE Irfan Zaenuddin dan Menteri Rini Soemarno untuk membicarakan rencana akuisisi tersebut pada dua minggu lalu.
"Kalau Pertamina dan PLN digabung memiliki PGE kan jauh lebih besar kemampuannya untuk eksplorasi. Kalau swasta kan berat, karena ada keterbatasan keuangan," jelas Sofyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar